Hai! Welcome to my page! Kenalin, gue Indah. Umur gue 16 tahun. Gue suka sama dunia tulis-menulis. Eh, bukan suka lagi deh, udah cinta, pake banget malah. Kadang gue nulis sesuatu yang puitis, dramatis, dan melankolis abis. Kadang juga, gue nulis dengan gaya komedi khas gue. Apa pun itu, i love writing. Follow gue ditwitter @indahgy

Saturday, December 8, 2012

Tentang Kamu&Cinta

Cinta itu diam.
Cinta itu bisu.
Cinta itu buta.
Cinta itu segalanya.
Cinta itu menyakitkan.
Cinta itu membahagiakan.
Cinta itu selamanya.
Cinta itu putih.
Cinta itu suci.
Cinta itu abadi.
Cinta itu pilu.
Cinta itu indah.
Cinta itu kamu...

Cinta itu tidak ada tanpa kamu. Cinta datang membawa kebahagiaan, pergi membawa kesedihan tak terhingga.
Cinta itu sakit, bila tidak ada kamu disana menemani hariku lagi.
Cinta itu indah, bila kamu berada di posisi nomor satu dalam hidupku.
Cinta itu kamu. Semua tentang kamu.

Kamu...
Kamu orang pertama yang aku pikirkan tiap pagi setelah aku bangun dari tidurku.
Kamu orang satu-satu nya yang berada di dalam mimpiku yang paling indah.
Kamu orang yang paling aku butuhkan untuk berada disini selalu.
Kamu orang pertama yang membuat cinta sebegitu indahnya dibanding cinta yang lainnya..
Kamu orang yang aku ingin untuk menjadi yang terakhir sepanjang hayatku.
Kamu orang yang aku butuhkan saat aku terjatuh dalam kegelapanku.
Kamu orang yang menjadi bintang yang paling terang dibanding bintang-bintang indah di sana.
Kamu orang yang aku rela menyisakan bagian hatiku untuk terisi penuh denganmu.
Kamu orang satu-satu nya yang aku impikan selama ini.
Kamu orang pertama yang mengenalkan ku kepada sesuatu bernama cinta.

Cinta tidak pernah salah. Cinta datang menghampirimu, tanpa kamu tahu, tanpa kamu ingin, tanpa kamu minta, tanpa kamu panggil, tanpa kamu duga.
Cinta tidak pernah salah. Cinta membahagiakan, walau terasa menyakitkan. Tapi rasa cinta menutup semua kepedihan, menutupi semua kesakitan, menutupi semua penyiksaan.
Cinta tidak pernah salah. Manusia diciptakan untuk melengkapi manusia Tuhan yang lainnya. Dengan hati mereka bersatu. Hati manusia tidak sempurna, dan tidak akan sempurna sebelum ia menemukan pasangan hati yang lainnya. Hati manusia bagaikan pemburu, pemburu yang selalu mencari mangsa dan menembakkan senjatanya dengan tepat. Di saat ia menemukan mangsanya, ternyata senjata tidak tepat dengan sasaran, maka ia akan tetap mencari mangsanya sampai semuanya terasa indah. Begitulah cinta, bagaikan mencari kepingan hati yang terbagi.
Cinta itu tidak pernah salah. Kamu percaya cinta sejati? Cinta sejati tidak datang dengan cepat. Tidak datang secara langsung, tidak pula datang secara instan. Terkadang ia masih terasa mentah, sehingga kau harus menunggunya hingga ia matang. Hingga ia layak. Cinta sejati itu tidak akan pergi. Cinta sejati selalu disana walaupun terasa jauh. Ia akan selalu menemanimu sampai waktunya tiba, waktu dimana hatinya dengan kau bersatu. Bukankah itu yang kau tunggu?

Cinta itu tentang perasaan, hati dan jiwa. Cinta datang karena kepercayaanmu terhadap cinta itu sendiri.
Cinta akan datang disaat kamu percaya cinta akan datang kepadamu. Ya, ia akan datang.
Cinta akan indah disaat kamu percaya bahwa cinta akan menjadi indah pada waktunya. Ya, ia akan menjadi indah.
Cinta tidak akan hilang disaat kau percaya bahwa cinta tak akan hilang, selamanya? Ya, ia tidak akan hilang.
Cinta itu kamu, disaat aku percaya bahwa cintaku sesungguhnya adalah kamu. Ya, cinta adalah kamu.
Cinta itu kamu; Bagas Dwi Syahputra<3

Friday, November 23, 2012

Angan

Ingin rasanya air mata itu, kamu yang menyekanya. Ingin rasanya payung itu, kamu yang memayunginya untukku ketika hujan. Ingin rasanya aku adalah orang yang kamu lindungi dengan jaketmu ketika udara di sekitarku dingin.

Sunday, November 18, 2012

Tired

Saya capek. Saya capek dengan semua ini. Saya capek dengan diri saya. Saya capek.
Saya tidak bisa mengontrol diri saya sendiri. Saya tidak bisa. Kenapa saya merasa semua orang berusaha menghancurkan mood ku? Mungkin itu hanya perasaanku saja. Saya tahu saya egois, labil, childish, but I'm sure, I've tried so much to change. But this is me. I hope there's someone out there, bisa menerimaku apa adanya. I hope

Saturday, October 27, 2012

Love comes when you least expect it.

Love comes when you least expect it. These words might be true, since I felt it once. Right now.

I'm in relationship now. Full of joy, fall in love each time I'm with this guy. Over and over again. And it begun when my faith on love was gone.

I was hopeless. I was about to give up. I was finally dealing with my past. I felt so strong to stand alone, yet felt so weak for having no one to hold. I stopped expecting miracle, realize it was not a fairytale. I was wondering, how many times I have to deal with those broken-hearted-phase before I met with the right one? How many times I have to fall in love with the wrong guy before I found the right one?

......and then, he came. At first I refused to believe that he cares about me. Because I know he was already in relationship for years. Shortly, he was the type of guy whom I never would ever fall in love with.

But I was wrong. God had His own plan for me. For him. For us. And His plan would never fail the person who puts his trust on Him. He made me fall in love again. With him. In the way I never expected. It was.... All I could say is I'm overjoyed. :')

I feel grateful for falling in love with him. He was there to catch me when I was falling. He shows me that he can be the right guy for me. He cares about me more than myself do, he loves me and loves being with me more than anything, he makes time just to do the little-silly-thing-but-makes-me-love-you-more, he... He's succesfully being everything I need. Not because I ask him to or I want him to, but because he does it whole-heartedly.

One thing I know is, he came in the right time. Just before I was about to give up. And it's over. I'm complete. :)

Love comes when you least expect it. Just be patient. Love comes when you least expect it. Just believe.


:)

Friday, August 24, 2012

One wish

Bagas Dwi Syahputra

bagus ya namanya? tapi gak sebagus orangnya hahaha canda deng. bagus kok orangnya...gak ganteng sih. gak kece juga. sengaja gue bilang gitu biar lo semua gak naksir HAHAHA. oke canda. bagi gue sih...emang gak ganteng. cuma kadang-kadang doang.

kalo lo nanya apa yang bikin gue suka dulu, gue gak tau. yang jelas tiba-tiba aja jadi sayang....sampe sekarang berasanya jadi sayang banget. cuma kalo nanya hal-hal dari dia yang bikin gue suka sih gausah ditanya... banyak men.

gue sayang bagas. bagas yang matanya berasa 'dalem' banget kalo lagi ngeliat mata gue. bagas yang suaranya alus banget kalo manggil gue 'sayang'. bagas yang suka ngeliatin gue trus tiba-tiba senyum.  he still said those words and mean it, atau bagas yang selalu ngucapin kata-kata "aku sayang kamu" sebelum gue tidur di sms.  bagas yang bikin gue bersyukur sama Tuhan udah dikasih kesempatan ketemu sama dia. bagas yang ternyata suka nyeritain tentang gue ke bokapnya. bagas yang iseng. bagas yang bawel. bagas yang super duper jamet. bagas yang sering nyanyiin nina bobo dengan suara paling fals wakakak. bagas yang sayang banget sama gue dan nerima gue apa adanya....


aku sayang kamu, Gas. aku cuma minta sama Tuhan satu, kalo boleh selamanya kita tetep kayak gini. ngga ada yang berubah. kita bisa bareng-bareng terus. kalaupun gak dikasih sama Tuhan, aku minta kita tetep dikasih kebahagiaan buat kita masing-masing. apapun yang terjadi nanti.....I'm pretty sure I will always love you, Gas. :)

Tuesday, July 24, 2012

Padamu yang Telah Lama Pergi




Aku benci mengucap “selamat jalan”. Seperti melemparkan begitu saja kenangan demi kenangan.

Melambaikan tangan padamu tak pernah terasa madu. Layaknya menghunuskan pedang rindu, kemudian malah dihunjam detik sendu.
Urusan merelakan selalu pelik. Seperti menarik keluar hati, kemudian mengirisnya dengan sebilah belati.
Perpisahan bukan hanya perihal membukukan mesin waktu. Namun malah mengaktifkan bom waktu. Hingga semua meledak dalam ribang yang agung. Tak pernah aku rasakan damba yang sebegininya. Selain sejak ditinggal kamu, sesaat setelah lengkung senyummu lenyap ditelan cahaya berkecepatan tinggi. Bergerak menjauh. Semua hanya mendekatkan aku, pada kesepian.
Selalu memejamkan mata, masih mencoba menyeman sunyi, yang hadir malah bayangmu. Lagi. Aku hembuskan percik kenangan di membran kepala, kemudian menyundut api kesendirian. Lalu aku terbakar di dalamnya. Bersama kamu. Kenangan kita.
Hingga kini. Aku masih melambaikan tangan ini. Padamu yang telah lama pergi.

Tuesday, June 12, 2012

Doaku...

Ya Tuhanku..
Aku berdoa untuk seorang pria yang akan menjadi bagian dari hidupku. Seseorang yang sungguh mencintai-Mu lebih dari segala sesuatu. Seorang pria yang akan meletakkanku pada posisi kedua di hatinya setelah Engkau. Seorang pria yang hidup bukan untuk dirinya sendiri tetapi untuk-Mu. Wajah tampan dan daya tarik fisik tidaklah penting, yang penting adalah sebuah hati yang sungguh mencintai dan dekat dengan Engkau, dan berusaha menjadikan sifat-sifat-Mu ada pada dirinya. Dan ia haruslah mengetahui bagi siapa dan untuk apa ia hidup sehingga hidupnya tidaklah sia-sia. Seseorang yang memiliki hati yang bijak tidak hanya otak yang cerdas. Seorang pria yang tidak hanya mencintaiku tapi juga menghormatiku. Seorang pria yang tidak hanya memujaku tetapi juga dapat menasihatiku ketika aku berbuat salah. Seseorang yang mencintaiku bukan karena kecantikanku tapi karena hatiku. Seorang pria yang dapat menjadi sahabat terbaikku dalam setiap waktu dan situasi. Seseorang yang dapat membuatku merasa sebagai seorang wanita ketika aku di sisinya.

Tuhanku…
Aku tidak meminta seseorang yang sempurna, namun aku meminta seseorang yang tidak sempurna, sehingga aku dapat membuatnya sempurna di mata-Mu. Seorang pria yang membutuhkan dukunganku sebagai peneguhnya. Seorang pria yang membutuhkan doaku untuk kehidupannya. Seseorang yang membutuhkan senyumku untuk mengatasi kesedihannya. Seseorang yang membutuhkan diriku untuk membuat hidupnya menjadi sempurna.

Tuhanku…
Aku juga meminta, buatlah aku menjadi wanita yang dapat membuatnya bangga. Berikan aku hati yang sungguh mencintai-Mu, sehingga aku dapat mencintainya dengan sekedar cintaku. Berikanlah sifat yang lembut sehingga kecantikanku datang dari-Mu. Berikanlah aku tangan sehingga aku selalu mampu berdoa untuknya. Berikanlah aku penglihatan sehingga aku dapat melihat, melihat banyak hal baik dan bukan hal buruk dalam dirinya. Berikanlah aku lisan yang penuh dengan kata-kata bijaksana, dan mampu memberikan semangat, serta mendukungnya setiap saat dan tersenyum untuk dirinya setiap pagi. Dan bilamana akhirnya kami akan bertemu, aku berharap kami berdua dapat mengatakan: “Betapa Besarnya Kasihmu kepada kami.. Karena telah memberikan kepada kami pasangan yang dapat membuat hidup menjadi sempurna.”

Thursday, May 17, 2012

Jika suatu pagi kamu merindukan cintaku


Pagi selalu sejuk, siang selalu cerah, senja selalu berkilau kemerahan, dan malam selalu terang. Begitulah setelah kamu datang dan singgah di hatiku.

Kamu datang dengan senyum semesta terbaik. Membawa warna-warni keceriaan pada hatiku yang terkurung pada dimensi abu-abu.

Seketika semuanya sirna. Minggu ke tiga di bulan lalu. Sesuatu dari masa lalu merapuhkan keyakinanmu. Dan kamu memilih meninggalkan aku. Sendiri dengan pesan yang tak pasti.

Tiada lagi senyummu. Tawa kita mati. Hanya pilu di hati yang semakin menjadi. Detik demi detik mengembalikan abu-abu ke dalam hati.

Pagi selalu sendu. Senja selalu muram. Malam begitu pekat. Jiwa selalu merindu. Begitulah setelah kamu pergi dari hidupku. Meninggalkanku. Hampir mati.

Nafasku sempat berhenti. Kemudian terhela. Dan pelan-pelan kembali, berdetak menikmati udara Tuhan.

Berbahagialah di sana. Jika suatu pagi kamu merindukan cintaku, bawalah serta seluruh kopermu. Tinggallah selamanya di hatiku. Menjadi abadi.

Monday, May 14, 2012

Dari Balik Pintu



Aku coba mengetukmu
Dari cara halus hingga gedoran yang memekakkan telingaku
Menunggu, berharap mungkin waktu bisa membukakan kuncimu
Namun tetap, kamu kokoh tidak bergeming bagai batu

Dan pada akhirnya aku harus membiarkanmu tetap tertutup  bagiku
Pilihanku : pergi dan melupakan bahwa pernah ada pintu itu..

Tuesday, May 8, 2012

Pudar

Perlahan, kenangan tentang kamu mulai terasa kabur di benakku
Bahwa, seperti sosok-sosok sebelumnya, kamu  hanya sementara singgah di hatiku

Memberi warna dan harapan yang ternyata  semu

Dan menghapus kenangan tentangmu, seolah terasa De Javu

Karena dulu, seseorang telah melakukannya terlebih dahulu
Datang, kemudian pergi seolah bagai angin lalu..

Friday, May 4, 2012

Melangkah Seperti Jarum Jam

“Tolong beri aku waktu! Beri aku kesempatan.”

Kadang kita tak hentinya meminta waktu, meminta kesempatan lagi kepada orang lain, kepada semesta, bahkan kepada Tuhan. Sebuah kesalahan yang sudah kamu lakukan, jika itu diperbuat tanpa ada unsur kesengajaan, hanya mengikuti kata hati, dan itu salah, maka kamu pasti ingin memperbaikinya sepenuh hati.
Namun apa daya? Waktu itu sudah dirancang Tuhan dan dieksekusi semesta berputar searah jarum jam, atau perputaran jarum jam itu sendiri yang mengikuti arah berjalannya waktu. Entahlah, yang pasti waktu terus berjalan, ke depan. Kata “seandainya” takkan pernah habis terlintas dalam benak seseorang yang sudah melakukan kesalahan, tanpa ia sengaja. Kata tersebut sepertinya bergandengan dengan benda nista bernama penyesalan.

Tak sepenuhnya nista. Dalam sebuah penyesalan, meskipun selalu datang terlambat, justru keterlambatan itu yang membuat kita harus lebih berhati-hati. Kamu mungkin bisa memutar jarum jam ke arah yang sebaliknya, tetapi kamu tak akan pernah bisa memutar waktu kembali. Semuanya tak akan pernah sama lagi.
Jika kamu bersungguh memperbaiki kesalahan, maka hal paling masuk akal setelah melewati semua fase “denial” dengan segala “seandainya” dan penyesalan adalah tetap melangkah ke depan, menjadikan yang di belakang sebagai pelajaran. Seperti jarum detik yang terus berjalan, perlahan mengajak jarum menit dan jam maju, melewati semua.

Karena tak ada yang bisa memperbaiki kesalahan di masa lalu selain perbuatanmu kini, dan di masa depan nanti. Untuk memulainya, kamu sendirilah yang harus memberi waktu untuk dirimu sendiri.”

Thursday, May 3, 2012

Pain in the Rain


"Ferryn, AWAS!!" jerit Diaz begitu melihat truk tronton melintas didepan kami. BRRAAAKKK! Pedal rem terlambat diinjak, lalu semuanya gelap.

Aku lagi-lagi terbangun dari tidurku. Memori buruk itu terus mengusikku bahkan ketika aku berada di alam bawah sadar.

CTAARRR! Bunyi petir yang memekakkan telinga juga seolah ikut campur untuk membuat debaran jantungku tak menentu.Peluhku menetes, tubuhku gemetaran. Bunyi tiap rintik hujan seakan menghujam kepalaku. Sakit sekali! Aku ingin berteriak, namun kuingat wajah cemas abangku akan kembali mengusikku. Aku merintih. Rasa sakit itu menyerangku. Air mataku tak terbendung, tapi tangispun tak membuat rasa sakit ini musnah.

Tuhanku..... Tolong aku.....

Aku memang bukan hamba yang baik, bukan hamba yang rajin bersimpuh di hadapanMu, namun, kumohon, Tuhanku.... Selamatkanlah aku dari kepedihan ini. Biarkan aku terlepas dari rasa sakit ini. Aku tak sanggup....

Pagi menjelang, aku terjaga mendengar ketukan pada pintuku. Ah, abangku yang baik hati sudah datang membawakanku senyuman. Satu-satunya senyuman yang kumiliki saat ini, yang selalu kusukai sejak kami kecil.

"Fetarryna makan, ya? Abang udah beliin kamu bubur ayam di dekat sekolahmu dulu. Abang teringat semalam, kamu selalu kalap kalo makan bubur itu..." Abangku tersenyum sambil membawa meja kayu lipat, yang diatasnya sudah diletakkan semangkuk bubur dengan asap mengepul. Ku tatap matanya. Masih, masih kutemukan tatapan cemasnya. Aku diam, tidak mengatakan apapun padanya.

Abangku tersenyum lagi, "Abang suapin, ya! Dulu waktu kecil, kamu selalu merengek minta abang suapin.Tapi sekarang abang malah ketagihan suapin kamu..." Aku tak merespon abangku, namun aku menurutinya untuk makan. Aku tak mau menambah beban pikirannya. Abangku mengusap rambutku yang kini cepak.

"Nanti siang, kak Chava dateng, Ryn. Dia sengaja dateng ke jakarta buat nemenin kamu. Kalian itu kompak sekali ya..." Abangku tertawa, Chava itu kekasihnya sejak 5 tahun yang lalu. Dia adalah malaikat abangku. Dia cantik dan ketulusan hatinya membuat abangku bertekuk lutut. Bahkan aku. Tapi kini, maafkan aku, kak Chava. Lukaku ini bahkan tak tunduk padamu.

Hari sudah siang, namun mentari tak kunjung terik. Aku tersiksa akan langit kelabu. Seperti ada yang memburuku, membuat perasaanku tercekam. Kak Chava datang, ia tersenyum manis begitu melihatku. aku ingin membalas senyumannya, menyapanya, namun aku tak mampu untuk semua itu.

"Ferryn, kakak tadi mau beliin kamu permen yupi. Tapi enggak jadi, kakak beliin strawberry chessecake favoritmu aja deh!" kak Chava menyuapiku. Aku sedikit terhibur akan kedatangannya. kak Chava terus berbicara, menceritakan kekonyolan yang dibuat abangku. Ingin sekali rasanya aku tertawa, tapi aku tak sanggup. Aku memilih untuk tetap diam dan mendengarkan kak Chava yang bercerita dengan riang. Tak lama, mataku terasa berat dan memohon untuk ditutup, sayup-sayup kudengar suara abangku yang terasa dekat sedang berbicara dengan kak Chava. Aku tak mau membuka mataku.

"Kita harus sabar sampai kapan, Va? Aku bawa ferryn ke Amsterdam aja, ya?" Amsterdam? tinggal bersama ayah dan bunda. Aku tak mau. Aku tak mau meninggalkan 'dia' disini sendirian.

"Jangan sayang. Ferryn pasti semakin kesepian disana... Itu malah semakin membuat kondisinya parah..." Jawab kak Chava. Ku intip sedikit, kak Chava sedang memegang tangan abangku, yang terlihat kusut sekali. Aku kecewa. Aku harus menghentikan kekacauan ini.

"Bang Fitto..." panggilku lirih. Aku mengerahkan seluruh tenagaku untuk bisa berbicara setelah sekian lama membungkam mulutku. Abangku menoleh, matanya menatapku nanar.

"Ferryn..." kata abangku yang langsung memelukku. "Akhirnya kamu bicara juga, Ryn..." Abangku terdengar sangat lega. Sakit dihatiku sedikit sembuh mendengar itonasi abangku. Kak Chava mengelus pundakku, ia pun meneteskan air mata.

"Maafin Fettaryna, Bang... Ferryn... udah.. bikin kesalahan.. fatal..." kataku juga. Tangisku pecah dipelukan abangku. Aku sudah tak bisa menahan semua ini lagi.

"Abang selalu ada disamping kamu, Ryn. Ada kak Chava juga yang selalu jadi sahabat kamu.. Kamu nggak sendirian, Ryn..." Aku terdiam mendengar perkataan abangku. Aku memang tak sendirian. Tapi 'dia' sendirian sekarang! Itu akibat ulahku! Perasaan berdosa ini kembali menyerangku. Aku memberontak. Melepaskan pelukan abangku yang hangat, mengerahkan seluruh tenagaku untuk bangkit dari tempat tidur. Aku ingi berlari. Pergi! Mentusul dirinya yang tak lagi dapat kupandang dan kusentuh.

Aku berlari, meninggalkan abangku yang terjatuh dibelakangku sambil memanggil-manggil namaku. Aku bahkan tak menoleh! Maafkan aku, bang! Tapi aku ini seorang pembunuh! Aku harus membayar dosaku ini.

Hujan sedari tadi terus menyakiti tubuhku yang rapuh ini, tak peduli seberapa muaknya aku pada hujan, ia tetap saja bersikeras ingin melunturkan dosaku. Aku tertawa pedih dalam pelarianku. Selebat apapun hujan itu membasuhi tubuhku, dosaku tak akan bisa lenyap.

Aku menoleh ke belakang. Abangku tak lagi mengejarku. kuhentikan langkah kakiku. Aku jatuh bersimpuh, tangisku ini terhapus oleh hujan. Aku tertunduk. Masuk dalam keheningan jiwaku.

Diaz.... Maafkanlah aku karena membuat semuanya hancur berantakan. Seharusnya kita tak berdebat hari itu. Seharusnya aku tak membiarkan keegoisanku menang dan membiarkan kita bertengkar. Maafkan aku, Diaz! AKu bersedia untuk menemanimu disana. Aku sudah siap, Diaz.... Asalkan kau memaafkanku.

Kukeluarkan silet yang tadi kusematkan dalam kantong piyamaku. Lagi-lagi aku menertawakan diriku yang hina ini. Aku pantas melakukannya. Aku harus menghukum diriku sendiri. Ku arahkan silet itu pada nadiku, menunggu untuk tiba saat yang tepat untuk mengucapkan selamat tinggal pada dunia. Kupejamkan mataku, kurasakan dinginnya hujan ini. Hujan yang dulu begitu kucintai, ternyata hujan pulalah yang merebut nyawa Diaz, menggunakan diriku.

Saatnya tiba, aku sudah merasakan kehampaan disekujur tubuhku, saatnya kuhujamkan silet ini, menembus nadiku, mengantarku ke pelukan Diaz...

"FERRYN JANGAN!!!" tubuhku didorong oleh seseorang, silet yang kupegang terlepas dari genggamanku. Aku mengenali suara itu. Abangku.

Kubuka mataku perlahan, menemukan wajah abangku yang pucat selayaknya orang mati. Aku memberontak! Aku tak mau dihentikan. Tak seorangpun boleh mencegahku menyusul Diaz. Tak juga abangku!

Abangku segera memelukku. Kucoba untuk mendorongnya, tapi tidak bisa. Ia memelukku dengan erat. Masih kucoba lagi untuk berontak, tapi tak bisa. Ia memelukku terlalu erat. Dayaku habis sudah. Aku tak bisa melawannya. Aku menangis dipelukan abangku.

"Orang yang sudah pergi, tak akan bisa kembali, Ryn!" kata abangku sendu. Tubuhku semakin gemetaran. Aku lemas, abangku ikut menangis. "Meskipun kamu bunuh diri, kamu nggak akan menemukan Diaz, Ryn. Dia udah bahagia, Ryn!" Abangku berteriak dalam tangisnya yang membuatku hancur.

Sore itu, aku digendong abangku dalam pelukannya untuk pulang. Dalam isak tangisku, ia tetap mengulangi perkataannya, yang ternyata membuatku merasakan ketenangan untuk pertama kalinya sejak kecelakaan itu.

"Fetarryna harus kembali seperti semula. Hanya Fetarryna yang bisa mengembalikan kehidupan abang yang sempurna"

Sejak hari itu aku mengikuti pengobatan batin yang selalu ditemani oleh abangku atau kak Chava. Mereka berdualah yang menjadi penuntunku untuk kembali ke Fetarryna yang semula. Aku bertekad dalam hatiku, untuk mengembalikan kehidupan semula abangku, karena dia orang yang paling penting untukku, saat ini. Aku tak mau lagi melihat tatapan kesedihannya yang menikam hatiku.

Hari ini,m aku berniat untuk menemui 'dia'. Aku sudah yakin pada diriku, bahwa aku  sudah memaafkan diriku sendiri dan siap untuk menemuinya untuk yang pertama kalinya. Aku tersenyum. Ku letakkan bunga mawar putih. Dulu ia selalu membawakan bunga itu untukku, lucu sekali rasanya, sekarang akulah yang membawakan bunga itu untuknya.

Aku berlutut dekat 'dia' Kupejamkan kedua mataku, kuingat lagi peristiwa kecelakaan yang merenggut nyawa Diaz, kekasihku. Ya, kami terlibat pertengkaran sehingga aku tak memperhatikan truk didepanku. Diaz melindungiku dengan tubuhnya. Dia yang menggantikan posisiku untuk pergi ke surga

Aku sekarang paham, dan tersenyum. Kubelai lembut batu nisannya, lalu mengucapkan selamat tinggal. Aku akan hidup sebaik mungkin. Demi abangku dan Diaz...

Wednesday, May 2, 2012

Titik

Akhirnya aku memutuskan untuk membubuhkan tanda baca pada salah satu kisahku

Bukan sebentuk koma atau tanda tanya, yang berarti aku berharap ada kelanjutan dari ceritaku


Melainkan setitik tinta hitam yang tebal dan hentakan yang kuat untuk menegaskan maksudku


Dengan titik, akan kuakhiri kisahku
Dan kubuka lembaran halaman baru..

Abu-abu

Bagiku kamu bukan melambangkan warna biru , tapi lebih ke abu-abu
Yang selalu ragu, menempatkan diri di antara dua warna hitam atau putih
Bagai hatimu, yang akhir-akhir ini terasa sulit tergapai olehku
Kadang mudah bagimu mengiyakanku
Namun bisa mendadak berubah bagai makhluk asing buatku
Pada akhirnya mungkin harus aku yang memutuskan berhenti menunggumu
Karena kamu,akan terus menjadi abu-abu buatku..

Sunday, April 22, 2012

Aku mau pulang



Aku menulis ini sambil mendengarkan Home dari Michael Buble. Tetiba aku merindukan rumah. Bukan rumah lengkap dengan atap dan lantai tempat aku tumbuh, bukan juga yang isinya sebuah ruang berisi furnitur dan barang elektronik tempat aku dan keluarga berdiskusi.
Aku rindu kamu, aku rindu aku, aku rindu kita yang dulu lagi. Aku rindu cinta, yang sejak beberapa waktu lalu, sejak awal kita bertemu menjadi rumah untukku. Ke mana rumah itu sekarang? Atau rumah itu tetap ada tetapi aku yang tak sedang di rumah? Lantas, berada di mana aku saat ini? Kamu di mana?
Banyak yang sudah kita lalui di rumah itu. Tawa, canda, tangis, semua menjadi satu membentuk sebuah bingkai. Aku tak ingin semuanya hanya menjadi bingkai kenangan. Siapa pemilik rumah itu sebenarnya? Aku, atau kamu? Mengapa tak kita miliki bersama saja rumah itu. Kita tinggali bersama.
Atau kamu sudah tidak mau lagi tinggal bersamaku di rumah itu? Aku akui, rumah itu tak sempurna, selalu ada tetesan-tetesan air mata keluar dari atapnya. Tapi juga banyak suara semilir gelak tawa dari jendelanya yang rapuh sesekali melewati sela antara daun telinga. Namun aku tak ingin meninggalkannya, aku tak akan meninggalkannya tanpa kamu. Aku tak ingin rumah yang baru. Yang aku ingin hanya rumah ini, bersama kamu.
Kamu, kembalilah ke rumah. Tak inginkah kamu pulang? Aku mau pulang.

Saturday, April 21, 2012

Perlu waktu untuk tahu




Perlu waktu untuk tahu, selalu ada maksud tertentu dibalik semua rencana penciptamu.

Kepergian seseorang dalam hidupmu, membuatmu tahu apa arti kehadiran mereka buatmu.

Saat Tuhan mengujimu dengan masalah yang kamu anggap berat buatmu, anggap saja itu ujian kenaikan kelasmu.

Ketika teman-teman berpaling darimu, Dia ingin kamu kembali dekat kepada Tuhanmu.

Saat seseorang berhasil membangkitkan amarahmu, Tuhan ingin melihat seberapa dalam kasihmu kepada sesamamu.

Ketika kamu kehilangan benda yang berharga buatmu, Dia hanya ingin mengajarkanmu, semua benda itu fana dan semu.

Saat kamu memohon diberikan seseorang untuk jadi pendampingmu, Tuhan mungkin belum memberimu. Karna waktu yang tepat belum datang untukmu.

Dia memang tidak memberi apa yang kamu mau, tapi dia tahu apa yang paling perlu buatmu. Karena Dia Sang Maha Tahu.

Tuesday, April 17, 2012

Kamu


Kamu, kapanpun kamu melihatku tertidur.
Entah karena terlalu lelah memperjuangkanmu
Atau terlalu bosan menunggumu.
Jangan bangunkan aku.
Kamu, tolong bangunkan aku, hanya ketika kamu ingin kembali kepadaku...

Hujan lagi, melamun lagi.



Ah hujan. Aku selalu suka hujan. Hujan itu waktu yang tepat untuk melamun. Melamunkan bulir-bulir kenangan yang turun bersama air dari langit.

Hingga akhirnya gravitasi membuatnya menghujam tanah, bentuknya seperti jarum. Begitu terasa menusuk dan sakit walau sedikit. Membuat terhenyak walau sejenak.

Seperti biasa. Aku melamun duduk di sofa, menatap kaca jendela, tepat didepannya, menyaksikan air turun menyusuri. Bagai melihat sebuah film, film berjudul namamu. Semua hanya wajahmu yang terproyeksikan.


Hingga akhirnya hujan reda, yang tersisa hanyalah hujan yang baru. Dimataku,  karena rindu.

Bagaimana mungkin hadir lagi pelangi dihati yang basah ini? Sedangkan kamu, sang mentari, pergi dibayangi awan kelabu penutup mimpi. Kembalilah.... Buat mataku berwarna lagi.

Saturday, April 14, 2012

Menutup buku tentang kita



Keputusanmu masih belum dapat aku terima
Kenyataan ini masih belum dapat membuat ku ikhlas
Situasi ini membingungkan kemana aku harus melangkah
Semua jalan gelap, seolah tak ada cahaya yang sudi meneranginya
Aku selalu mencoba tuk mentolerir setiap kesalahan yang kau perbuat
Mencoba mengalah, walau hati sebenarnya ingin merasakan menang
Mempertahankanmu yang egois,
Hanya membuat hatiku terpaksa rela menjadi korban atas sikapmu
Memang kita sudah tidak sejalan lagi
Memang kita selalu mengalami pertengkaran
Mungkin cinta sudah mulai lenyap di antara kita
Semuanya memang sudah tidak seperti dulu lagi
Kau meninggalkan dua jenis kenangan untukku
Kenangan manis dan juga kenangan pahit
Kau juga meninggalkan tawa dan luka
Tapi, kini bayanganmu terus mengulang luka tanpa dapat mengulang tawa
Semakin aku berusaha mengenyahkan bayangmu,
Semakin kuat wujudmu menjelma di pikiranku.
Semakin berkelebat bayanganmu di otakku,
Semakin perih tertebar di hatiku.
Teringat aku, pada apa yang kau lakukan untukku
Kau membuatku tersenyum, di saat hati telah lelah menjerit akan pahitnya hidup
Kau membuatku tertawa, di saat mata sudah kering karena kehabisan airnya
Dan kau merangkulku, di saat aku butuh energi untuk tetap kuat
Mungkin waktu, membuat kita merasa jenuh
Mungkin waktu, membuat kita merasa bosan
Mungkin waktu, membuat kita tak dapat lagi seperti dahulu
Dan mungkin waktu, sudah tak dapat lagi mengizinkan kita bersama
Hari semakin senja, dan hatiku masih tetap sendu karena pilu
Cintaku sama seperti jingga yang disamarkan oleh senja
Hanya dapat disamarkan tapi, tak dapat dihilangkan
Karena esok, ia pasti akan hadir kembali
Perasaan itu masih ada untukmu
Tapi, sering kali aku bimbang entah untuk apa perasaan itu
Entah ada untuk dibalas
Atau hanya sekedar perasaan yang memang wajar aku rasakan sampai tanpa sadar ia hilang
Kini, tembok telah tercipta antara kita
Membuat aku dan kau semakin jauh
Membuat aku dan kau tak bisa lagi menjadi 'kita'
Membuat kau kadang seperti orang asing bagiku
Dadaku berdebar dan bergemuruh
Seperti ada suatu perasaan yang tiba-tiba merasuki
Rindu, R-I-N-D-U
Ya, mungkin aku rindu padamu
Kau harus tau,
Sampai saat ini tak ada yang bisa mengganti posisimu di kesunyianan hati ini
Sampai saat ini, belum ada yang bisa mengenalkan kembali padaku rasa 'cemburu' itu
Emosiku meluap dan nyaris tak dapat dibendung ketika rindu dan kenangan merajai
Akalku memang kadang tak dapat merasionalisasikan semua yang terjadi
Tapi, akhirnya keadaan dan waktu membuatku paham
Bahwa buku tentang kita memang tampaknya harus ditutup
Bahwa hatiku harus dihadirkan cinta yang lain untuk memulai cerita baru

Thursday, March 29, 2012

Jejak Rindu

Aku harus menghapus kata rindu dari kosa kataku

Dan itu ketika kamu perlahan menjauh dariku

Menguraikan simpul-simpul harapan yang pernah kamu ikatkan kepadaku

Menghilangkan jejak kehadiranmu di seluruh penjuru pikiranku

Aku tahu tidak akan semudah itu menghilangkan bayangmu.

Namun, seperti yang selalu terjadi di kala lalu. waktu yang akan membantuku

Thursday, March 1, 2012

Perpisahan itu


 “aku masih merasakan udara yang sama, masih berdiam ditempat yang sama. Tapi yang kurasakan tak lagi sama, kesunyian ini bernama tanpamu”

Sebenarnya aku tidak ingin semuanya berakhir. Saat semua terancang dengan hebat dan sempurna, saat perhatian-perhatian kecil itu menjelma menjadi candu rindu yang menancapkan gatar-getar bahagia. Tapi, bukankah prediksi manusia selalu terbatas? Aku tidak bisa terus menahan dan mengubah sesuatu yang mungkin memang harus terjadi. Perpisahan itu harus terjadi untuk pertemuan awal yang pasti akan memunculkan perasaan bahagia itu lagi.
Tidak dipungkiri dan aku tak harus menyangkal diri, bahwa selama waktu rentan tanpamu, aku merasa ada sesuatu yang hilang ketika pagi, kamu menyapaku dengan lembutnya. Ketika siang kamu sekedar mengingatkan untuk tidak terlambat makan. Saat sore, kamu menyapaku lagi, bercerita tentang hari-harimu, lelahmu dan bahagiamu pada hari itu. Saat malam, kamu menjerat pikiranku untuk berfokus pada suaramu yang mengalun lembut melalui lempengan-lempengan dingin handphoneku. Dan aku, rindu. Rindu semua hal yang biasa kita lalui hingga terasa waktu terlalu cepat berlalu saat kita melaluinya bersama.
Dan, akhirnya perpisahan itu tiba. Sesuatu yang selalu kita benci kedatangannya, tapi harus selalu kita lewati tanpa kita tahu kapan itu akan terjadi. Dengan segala ketidaksiapan yang menggerogotiku, aku tetap harus melepaskanmu.  Kau temukan jalanmu, aku temukan jalanku. Kita bahagia dalam jalan kita masing-masing. Kamu berpegang pada prinsipmu, aku berpegang pada perasaanku. Kita berbeda dan memang tak harus berjalan beriringan. Semua berjalan dengan cepat sapa manjamu, tawa renyahmu, cerita lugumu, dan segala hal yang membuat otakku penuh karenamu. Dan, aku harus membuang dan mengapus itu semua dari memori otakku agar kamu tak lagi mengendap-endap masuk kedalam hatiku, lalu membuat kenangan itu menjadi realita. Mari mengikhlaskan, setelah ini akan ada pertemuan yang lebih menggetarkan hatimu dan hatiku, akan ada seseorang yang masuk ke dalam hidupmu dan hidupku dia akan menjadi alasan terbesar saat doa terucap lalu aku dna kamu menyisipkan namanya. Selamat menemukan jalanmu.
Percayalah bahwa perpisahan ini untuk membaikan hidupmu dan hidupku,  bahwa setelah perpisahan ini akan ada perasaan bahagia bertubi-tubi yang mengecupmu dengan seringnya. Percayalah bahwa perpisahan kita tidak sia-sia. Aku banyak belajar darimu dan aku berharap kau juga mengambil pelajaran dari pertemuan singkat ini. Semua butuh proses dan waktu saat kamu harus kehilangan sesuatu yang biasa kau rasakan. Baik-baik ya 

Tuesday, February 28, 2012

Doaku

Walaupun berjuta masalah menderaku, karena itu bagian dari proses dewasaku

Kumpulkan yang berserak dariku yang merupakan  sumber kekuatanku

Aku terpaku, bukan hal gampang untuk tetap berdiri kuat seperti tugu
Bukan hal mudah ketika semua keputusan penting diletakkan di pundakku

Aku tidak berdoa untuk minta diringankan bebanku
Aku berdoa supaya Tuhan menambahkan kekuatan di pundakku, agar beban itu tidak terasa untukku..

Saturday, February 18, 2012

Kamu, jangan pergi



Jika kamu pergi, senyum ini untuk siapa lagi? Lalu ke mana larinya lengkung bibir itu? Hanya menyelinap ke dalam pori-pori mimpi?

Jika kamu pergi, ke mana lagi aku layangkan alunan rindu ini? Ke telinga Cupid yang sudah lumpuh menembakkan panah cintanya kepadamu? Ke jari-jari kedinginan yang tak pernah kamu genggam lagi?

Jika kamu pergi, apa lagi yang bisa aku tulis tentang sayang ini? Tentang ketiadaan kamu? Tentang pundak kosong tak berpenghuni yang merindukan sandaran kamu?

Jika kamu pergi, akan aku lipat menjadi apa kertas yang biasa aku buat menjadi burung atau kupu-kupu kesukaanmu? Atau hanya harus kuubah menjadi mawar yang kelopaknya gugur perlahan? Atau harus kubentuk menjadi sebuah nisan yang di atasnya tertulis kenangan kita?

Jika kamu pergi, siapa lagi yang aku tunggu menjadi penyemangat di saat-saat tersulitku? Aku harus menunggu suara burung hantu di tengah malam, seakan mengejek atas segala kekalahanku? Atau cukup ditemani keheningan malam, mendinginkan hati?

Jika kamu tak kembali, apalagi yang pantas aku tunggu mengorbankan sisa waktu hidupku? Menunggu hingga usia menggerogoti jasad ini? Bahkan dengan bantuan rindu, jiwaku tak akan tersisa.

Kamu, jangan pergi.

Thursday, February 16, 2012

Boleh aku peluk lagi?



 Satu, saat udara tergerak bulir-bulir hujan, menghembuskan dirinya melewati sela jari dan telingamu. Sontak membuat bulu kudukmu berdiri. Di sana aku ada, menghangatkan.
Lagi, ketika kamu terlelap dalam malam penuh mimpi, entah tentangku atau bukan. Saat gerakan tubuhmu tak sengaja menjauhkan selimut. Namun aku dekat.
Lagi, waktu pertama kamu membuka mata, menghadap ke jendela, menyadari betapa aku tak begitu nyata. Embun pagi hampir ditonggakkan daunnya, pertanda hari segera datang. Aku di sana, menyejukkan.
Lagi, saat kamu pertama melangkahkan kakimu ke dalam rumah di ujung hari yang lelah. Tergeletak di sofa, tertidur bahkan belum sempat melepaskan sepasang kaos kaki merah jambu kesayanganmu. Aku di sana membuat nyaman.
Selalu, ketika air matamu jatuh untuk kesekian kalinya, entah untukku atau bukan. Aku melingkari pundakmu. Semuanya hanya untuk hal sesederhana senyummu. Aku selalu ada, menenangkan.

Tuesday, February 7, 2012

Badai itu

Aku menamakan badai itu dengan namamu
Datang dan mengoyak damai yang kadang terasa beku

Seperti kamu, yang selalu bisa menggoyahkan ketenangan di hatiku

Namun sepertinya halnya badai itu
Selalu, setelah kehadirannya,langit pun biru

Dan udara menghembuskan aroma segar yang melenakanku

Seperti kamu, meski kadang pertengkaran  menghiasi hariku
Setelahnya, kamu selalu mampu memunculkan senyum di wajahku..

Saturday, January 28, 2012

Cemburu itu tanda sayang


Kamis itu hari dimana pertama kali kamu menjemputku.
Entah kenapa ingin bertemu dengan kamu saja hatiku deg-degan. Ah, mungkin ini yang dinamakan cinta.

“sayang tunggu diluar, aku sudah dekat”
Hatiku semakin berdegup kencang.
“oke” jawabku singkat.
“aku didepan stink, kamu dimana sayang?”
“depan gerbang” jawabku.
Akhirnya kita bertemu. Melepas rindu yang telah lama menumpuk.
Saat itu aku meminjam handphonenya untuk sms tanteku karna aku tidak punya pulsa makanya aku memakai handphone dia. Penasaran, aku melihat sebuah pesan singkat dari seorang wanita. Lalu kubuka saja karna perasaanku yang penasaran ingin tau apa isi pesan singkat dari seorang wanita tersebut.
“shil gue mau curhat”
“curhat apa ris?”
“gue punya cewe tertutup banget, dari dulu gue selalu dapet cewe kaya gini”
“tertutup gimana?”
“yagitudeh, kadang gue juga males sama dia”

Yap seperti itulah kira-kira percakapan mereka di sms.
Ternyata selama ini aku belum bisa menjadi yang terbaik untukmu. Suasana dihatiku berubah. Tadinya senang karna akhirnya kita bertemu lagi, menjadi kesal, cemburu karna sms itu. Aku memberanikan diri untuk bertanya siapa wanita itu dan apa maksudnya kata “malas” di pesan singkat yang dia kirim kepada wanita tersebut.
“ashilla siapa?” tanyaku.
Sepertinya dia tau apa yang ingin aku tanyakan, terlihat dari gelagatnya yang penuh ketakutan.
“temanku, kamu membaca sms dari dia?”
“hem iya”
“maafin aku yang aku hanya curhat saja kok, maafin aku.”
Aku diam, sebenarnya malas membuka mulut untuk bertanya-tanya lagi.
Iya, aku memang tipe orang yang cemburuan, aku hanya tidak ingin dia terlalu “welcome” sama wanita lain, aku gasuka. Kata orang cemburu itu tandanya sayang, yap benar. Aku sangat menyayanginya. Makanya aku tidak suka dia dekat dengan wanita lain. Disepanjang jalan kata-kata yang terlontar dari bibirnya hanya katamaaf, maaf dan maaf.
Aku masih berfikir apa maksud kata “malas” yang dia ucapkan. Apa dia sudah bosan denganku? Apa dia sudah tidak menyayangiku seperti pertama kali? Entahlah. Yang penting, aku masih menyayanginya.
Setelah sampai didepan komplek rumahku. Dia menatapku sambil mengatakan kata maaf berulang-ulang kali. Wajahnya terlihat seperti orang yang menyesal.
"iya aku udah maafin kamu ko, udah sana pulang, terimakasih sudah menjemputku hari ini”
Dan dia pun akhirnya pulang.
Ku kirim bbm untuknya “hati-hati ya dijalan, maaf ngerepotin. Terimakasih sudah antar aku pulang”
“sayang, please aku minta maaf. Aku menyayangimu. Please maafin aku”
“iyaiya gpp kok, sudah dimana? Tau jalan pulang kan?” aku langsung membahas yang lain, karna sebenarnya aku kesal jika bahas hal yang tadi itu.
“aku sadar aku salah, tapi aku hanya tidak ingin hubungan kita rusak, please maafin aku. Aku sayang sama kamu tulus dari hati aku”
“iya sayang gpp kok, akunya juga yang salah. Aku sebagai pacar kamu seharusnya bisa membuat kamu nyaman sama aku. Maafin aku yaa kadang suka bikin kamu malas”
“aku sayang sama kamu, aku gak mau pisah sama kamu. Aku nyaman sama kamu, aku ingin bisa terus sama kamu. Aku menyayangimu”
“iyaiya, sudah ah tidak apa-apa. Akunya juga yang slah, udah lupakan saja masalah ini. Aku percaya sama kamu kok. Kalo ada sifatku yang kamu tidak suka, kamu bilang saja. insyaAllah aku bisa merubahnya perlahan-lahan”
“iya sayang maafin aku ya, aku gak mau kehilangan kamu yang. Aku tau aku salah. Maafin aku”
Selalu saja ada kata maaf, bukannya sudah aku bilang aku sudah meaafkannya.
Memang kadang masalah kecil seperti ini saja cemburu mengalahkan segalanya. Cemburu yang terlalu besar berarti terdapat rasa sayang yang begitu besar juga, bukan? Yap, aku sangat menyayangimu :)

Sunday, January 22, 2012

Janji itu

Seseorang berjanji padaku, dia akan selalu menyayangiku

Menyayangiku tanpa rasa bosan.

Tentang janji untuk menjaga hatiku

Juga akan selalu ada disaat aku perlu bahu untuk sekedar melepas beban hatiku

Tapi janji itu entah kenapa bagai angin lalu

Dan aku tidak tahu, sampai kapan  bisa kembali meyakini janji itu..

Friday, January 20, 2012

Wish you were here

Wish you were here, kuketik pesan itu buatmu
Ketika kubilang hatiku sudah tidak mampu menampung rasa rinduku kepadamu
"Me too" itu kalimat balasan darimu


Wish you were, selalu kuucapkan untukmu
Saat aku merasa ingin menumpahkan cerita tentang keseharianku

Wish you were here, pesan yang sama untukmu
Ketika kadang jarak dan waktu mendadak terasa melelahkan buatku
Semoga kamu tidak menyerah untuk menjaga hatiku
Dan selalu kamu membalas ucapan itu dengan kalimat yang  bahkan sudah hapal di luar kepalaku

Friday, January 13, 2012

Perpisahan itu

Aku pacaran sama kamu karena aku mau ngerasain gimana rasanya hubungan yang terpaut jarak itu. Aku ga pernah ngerasain LDR itu sebelumnya. Tapi, semenjak sama kamu, aku jadi ngerti gimana rasanya. Aku mau sama kamu karena aku seneng sama kamu. Kamu pinter, banyak persamaan di antara kita. Dan akhirnya, aku sayang sama kamu.



Setiap hari, aku makin kenal sama kamu. Aku makin paham sama kebiasaan kamu. Aku juga cukup hafal sama kegiatan kamu, apalagi, sepakbola. Setiap ngeliat atau ingat segala sesuatu yang berhubungan dengan sepakbola, aku ingat kamu, haha.



Aku... Aku bangga sama kamu. Aku bahagia ngemilikin kamu. Aku juga bangga sama hubungan yang udah kita jalani ½ tahun ini, ngga tau kenapa.



Aku selalu nyoba buat ngepertahanin hubungan kita, karena sebenarnya aku benci perpisahan dengan orang yang aku sayang.



Aku selalu nyoba buat ngindarin yang namanya jenuh. Aku juga pernah ngejelasin di email sebelumnya kan?



Setiap aku benar-benar pengen sendiri, kamu ngehubungin aku. Jadi, gimana caranya aku buat ngindar dan jangan sampai ngerasa jenuh? Apa kamu ngga ngerti sama jalan pikiran aku? Atau sebenernya kamu ga suka cara aku ini?



Aku sering nyuekin kamu, aku sering ngejutekin kamu. Tapi, itu bukan tanpa sebab. Kadang, akunya badmood, atau akunya kesel sama salah satu cara kamu ngungkapin perasaan kamu dalam bentuk tulisan. Aku capek selalu dihantui sama rasa bersalah karena udah nyakitin kamu.



Bukannya, pas ulangtahunmu kemarin kamu pengennya aku berubah kan? Tapi, gimana bisa aku ngerubah semuanya secara total? Aku cuma bisa ngurangin itu. Dan selama ini, sikap cuek atau jutek aku cuma reaksi dari apa yang udah kamu tuliskan dan kirim ke aku, dan selebihnya itu karena akunya memang lagi badmood.



Kadang, ada beberapa cara kamu ngungkapin gagasan/apa yang kamu rasain ke aku, yang gak aku suka. Aku ngerasa tersinggung karena kamu terkesan nyudutin dan nyalahin aku. Iya, aku memang sensitif.



Selama ini, kenapa cuma aku yang berusaha buat hal-hal baru? Kenapa cuma aku yang cerita apa yang aku rasain, lakuin, atau rencanain? Kenapa cuma aku yang di sini terbuka apa adanya?
***

Email itu pun terkirim. Mungkin, aku lebih mampu tuk menjelaskan perasaanku secara rinci lewat tulisan, bukan mengucapkannya secara langsung. Selain itu, aku juga tak mampu menahan tangis jika aku langsung mengutarakan perasaanku padanya.
Handphoneku berdering. Siapa ya? Nomornya tidak ku kenali, dan di layar handphoneku pun tak ada nama yang tertera di sana.
"Ya? Halo? Ini siapa ya?" Sapaku.
"Ini aku." Jawabnya. Ah! Suaranya. Aksennya. Aku hafal. Aku tau siapa orang ini.
"Iya? Ada apa? Kamu pakai nomor baru? Nomor yang lama kenapa emangnya?" Tanyaku basa basi.
"Ku pikir, jika aku menelfonmu dengan nomor yang biasa ku pakai, kamu tak kan mau mengangkat telfonku, karena kamu tau itu aku." Tiba-tiba aku ingin menangis saja ketika mendengar penjelasannya.
"Bukankah sekarang aku telah mengangkat telfon darimu?" Tak ada suara beberapa saat. Cepat-cepat aku bertanya lagi. "Apa ada yang harus kita bicarakan (lagi)?"
"Kamu kemana saja? Kenapa tidak ada kabar? Mengapa kamu tidak membalas pesanku?" Dia balik menyerangku dengan berbagai macam pertanyaan yang semakin membuatku tak tahan lagi ingin menangis. Aku dengar suara cemasnya dari ujung sana.
"Apa harus aku jawab pertanyaan-pertanyaan itu?" Aku mencoba untuk mengendalikan emosiku dan berharap getir suaraku menahan perih itu tidak terdengar olehnya.
"Baiklah. Besok aku akan ke kotamu. Kita akan bertemu di cafe tempat kita biasa bertemu. Aku akan ada di sana jam 7 malam. Jangan sampai lupa."
Klik! Telfon pun ditutup, padahal... aku belum menjawab apa-apa, apalagi memberi persetujuan.
***
Sesuai janji yang telah dibuatnya tanpa persetujuanku (sebenarnya), aku pun bersiap-siap. Ku kenakan pakaian yang persis seperti ketika dia mengutarakan perasaannya padaku. Ketika aku dan dia menjadi 'kita' untuk pertama kalinya, di hari itu.
"Apa aku terlambat?" Seseorang bertanya mengejutkanku dari lamunanku.
"Terlambat 15 menit." Jawabku setelah melihat seseorang yang telah mengejutkan tersebut lalu mengalihkan padanganaku ke jam di handphoneku.
"Mengapa kamu melamun? Apa ada yang sedang kamu pikirkan?" Tanyanya.
"Menurutmu?"
"Ya sudahlah. Kamu ingin pesan apa?" Tanyanya lagi.
"Pesan saja makanan yang dulu kamu pesankan untukku ketika kamu menembakku."
"Hah? Apa? Oke. Baiklah.” Dia memanggil waiter cafe, lalu, memesan makanan. Setelah itu, dia menatapku dalam-dalam.
"Ada apa?" Tanyaku heran.
"Apa.... Apa pakaian yang kamu kenakan sekarang adalah pakaian yang..."
"Benar. Aku hanya ingin membangkitkan kenangan hari itu. Aku rindu hari itu." Potongku dan langsung menjawab pertanyaan yang mungkin sedang menguasai pikirannya. "Kamu hafal tentang pakaian yang ku kenakan dan makanan yang dulu ku pesan? Bagaimana kamu bisa hafal?" Tanyaku yang sebenarnya senang karena dia mengingatnya.
"Karena itu hari yang spesial." Jawabnya singkat. Aku pun mengangguk setuju karena hari itu juga spesial bagiku.
Setelah makanan habis, aku pun langsung memulai tuk membuka obrolan lagi. "Jadi, apa yang harus kita bicarakan di sini?"
Suasana hening sesaat. Sepertinya, pertanyaanku benar-benar menjurus. Ku lihat gelagat darinya yang tampak bingung harus berkata apa. Ia pun akhirnya membuka mulutnya.
"Sepertinya... semakin hari aku benar-benar tidak bisa menjadi seperti yang kamu mau. Kita sering kali tidak sejalan, tidak seperti dulu, yang selalu mampu sejalan dan saling mengerti. Jadi, sepertinya kita hanya bisa mempertahankannya selama 6 bulan saja."
"Saja? Kamu bilang apa? Saja?" Tanyaku dengan nada suara yang menyindir. "Aku pikir, 6 bulan yang sudah kita lalui ini benar-benar hebat. Kita mampu melewatinya bersama. Aku banyak belajar darimu. Tanpamu, aku tak kan mengerti apa rasanya hubungan yang terpaut jarak itu." Lanjutku.
"Lalu, aku harus berbicara apa pada penulis yang begitu pandai memainkan kata-kata ini?" Dia balik bak menyindirku.
"Aku tidak memainkan kumpulan huruf tersebut. Aku hanya... Aku hanya mengucapkan apa yang ku rasakan. Itu saja. Jadi, jangan karena aku suka menulis, kamu jadi mengira setiap yang ku tulis untukmu hanyalah sekedar rancangan dan imajinasiku."
"Apa itu berlaku untuk kalimat 'aku sayang padamu' yang kamu tuliskan di pesan singkat untukku?"
"Tentu! Aku menyayangimu, benar-benar menyayangimu. Tapi, memang benar katamu. Saat ini, kita kerap kali tidak sejalan. Daripada kita terus-terusan saling menyakiti tanpa sadar atau pun tidak, lebih baik sampai di sini saja."
Dia terdiam mendengar penjelasanku. Aku tak mau ada yang mengganjal lagi di hatiku, makanya, ku lanjutkan lagi apa yang sekarang membuat hatiku meledak-ledak. 
"Aku tau umurku berapa. Jadi, aku berpikir realistis sajalah. Setiap pertemuan pasti kan selalu dihadiahkan perpisahan. Tapi, jika Tuhan berkehendak lain... Who knows."
"Ah kamu, kamu selalu lebih bijak dariku. Itu yang ku suka darimu."
Sama seperti 6 bulan lalu yang Ia lakukan padaku, Ia langsung memelukku. Tapi, kali ini berbeda. Jika dulu penuh senyum bahagia dan tawa, serta perasaan canggung. Sekarang semuanya berubah menjadi suasana penuh haru dan pilu.
"Maaf jika selama ini aku menyusahkanmu... menuntutmu banyak hal... membuatmu cemburu... Maaf jika aku menyakitimu... Aku tak bermaksud untuk semua itu. Terimakasih untuk semua pelajaran yang telah kamu berikan untukku. Percayalah, aku menyayangimu. Namun, mungkin perpisahan ini adalah keputusan yang terbaik. Tuhan akan mempertemukan kita lagi jika nama kita berdua telah ditakdirkan untuk menjadi pasangan yang bahagia selama-lamanya." Tangisku pecah. Ku tuangkan segala perasaanku dalam pelukannya. Ia pun semakin memelukku dengan erat. Hangat. Penuh getir.
"Menangislah jika itu membuatmu tenang. Aku kan memelukmu sampai kamu merasa lebih kuat."
Sebuah pelukan yang tulus darinya memang memberikan energi yang tak terhingga untukku.
"Apa… aku sudah ja..ja..hat pada..mu?" Suaraku tercekat karena tangis yang semakin menjadi-jadi itu.
"Percayalah, kamu tidak jahat. Jika kamu mampu menemukan orang yang lebih dariku, temukanlah orang itu. Aku hanya ingin kamu bahagia."
Cafe, tempat duduk, makanan yang dipesan, dan pakaian yang ku kenakan, semuanya sama seperti pertama kali aku diperbolehkan memanggilnya dengan panggilan 'sayang'. Bedanya, jika pertemuan 6 bulan yang lalu itu untuk mengawali sesuatu yang baru, pertemuan kali ini adalah pertemuan untuk mengakhiri sesuatu yang pernah diawali tersebut.
Ada perasaan lega di hatiku ketika sesuatu yang sudah lama aku simpan akhirnya ku sampaikan pada orang yang membuat perasaan yang mengganjal di hatiku itu tercipta.
Mungkin, tidak akan ada yang berubah dari hari-hariku. Aku tetap akan menjalani aktivitas seperti biasa. Tak kan ada rasa cemburu yang berkelabat secara langsung karena aku dan dia terpaut oleh jarak. Aku tak mungkin bisa tau semua yang dia lakukan. Cemburuku mungkin hanya akan muncul, ketika aku melihat dia dekat dengan seseorang di jejaring sosialnya. Yang berubah hanyalah tak ada lagi pesan singkat 'Selamat Pagi' 'Selamat Tidur' 'Aku merindukanmu' 'Sedang apa?' 'Jangan lupa makan' darinya yang ku terima di kotak masuk handphoneku.
Tuhan, semoga perpisahan ini tidak menyakiti hati siapa pun di antara kami. Amin.