Hai! Welcome to my page! Kenalin, gue Indah. Umur gue 16 tahun. Gue suka sama dunia tulis-menulis. Eh, bukan suka lagi deh, udah cinta, pake banget malah. Kadang gue nulis sesuatu yang puitis, dramatis, dan melankolis abis. Kadang juga, gue nulis dengan gaya komedi khas gue. Apa pun itu, i love writing. Follow gue ditwitter @indahgy

Sunday, April 22, 2012

Aku mau pulang



Aku menulis ini sambil mendengarkan Home dari Michael Buble. Tetiba aku merindukan rumah. Bukan rumah lengkap dengan atap dan lantai tempat aku tumbuh, bukan juga yang isinya sebuah ruang berisi furnitur dan barang elektronik tempat aku dan keluarga berdiskusi.
Aku rindu kamu, aku rindu aku, aku rindu kita yang dulu lagi. Aku rindu cinta, yang sejak beberapa waktu lalu, sejak awal kita bertemu menjadi rumah untukku. Ke mana rumah itu sekarang? Atau rumah itu tetap ada tetapi aku yang tak sedang di rumah? Lantas, berada di mana aku saat ini? Kamu di mana?
Banyak yang sudah kita lalui di rumah itu. Tawa, canda, tangis, semua menjadi satu membentuk sebuah bingkai. Aku tak ingin semuanya hanya menjadi bingkai kenangan. Siapa pemilik rumah itu sebenarnya? Aku, atau kamu? Mengapa tak kita miliki bersama saja rumah itu. Kita tinggali bersama.
Atau kamu sudah tidak mau lagi tinggal bersamaku di rumah itu? Aku akui, rumah itu tak sempurna, selalu ada tetesan-tetesan air mata keluar dari atapnya. Tapi juga banyak suara semilir gelak tawa dari jendelanya yang rapuh sesekali melewati sela antara daun telinga. Namun aku tak ingin meninggalkannya, aku tak akan meninggalkannya tanpa kamu. Aku tak ingin rumah yang baru. Yang aku ingin hanya rumah ini, bersama kamu.
Kamu, kembalilah ke rumah. Tak inginkah kamu pulang? Aku mau pulang.

Saturday, April 21, 2012

Perlu waktu untuk tahu




Perlu waktu untuk tahu, selalu ada maksud tertentu dibalik semua rencana penciptamu.

Kepergian seseorang dalam hidupmu, membuatmu tahu apa arti kehadiran mereka buatmu.

Saat Tuhan mengujimu dengan masalah yang kamu anggap berat buatmu, anggap saja itu ujian kenaikan kelasmu.

Ketika teman-teman berpaling darimu, Dia ingin kamu kembali dekat kepada Tuhanmu.

Saat seseorang berhasil membangkitkan amarahmu, Tuhan ingin melihat seberapa dalam kasihmu kepada sesamamu.

Ketika kamu kehilangan benda yang berharga buatmu, Dia hanya ingin mengajarkanmu, semua benda itu fana dan semu.

Saat kamu memohon diberikan seseorang untuk jadi pendampingmu, Tuhan mungkin belum memberimu. Karna waktu yang tepat belum datang untukmu.

Dia memang tidak memberi apa yang kamu mau, tapi dia tahu apa yang paling perlu buatmu. Karena Dia Sang Maha Tahu.

Tuesday, April 17, 2012

Kamu


Kamu, kapanpun kamu melihatku tertidur.
Entah karena terlalu lelah memperjuangkanmu
Atau terlalu bosan menunggumu.
Jangan bangunkan aku.
Kamu, tolong bangunkan aku, hanya ketika kamu ingin kembali kepadaku...

Hujan lagi, melamun lagi.



Ah hujan. Aku selalu suka hujan. Hujan itu waktu yang tepat untuk melamun. Melamunkan bulir-bulir kenangan yang turun bersama air dari langit.

Hingga akhirnya gravitasi membuatnya menghujam tanah, bentuknya seperti jarum. Begitu terasa menusuk dan sakit walau sedikit. Membuat terhenyak walau sejenak.

Seperti biasa. Aku melamun duduk di sofa, menatap kaca jendela, tepat didepannya, menyaksikan air turun menyusuri. Bagai melihat sebuah film, film berjudul namamu. Semua hanya wajahmu yang terproyeksikan.


Hingga akhirnya hujan reda, yang tersisa hanyalah hujan yang baru. Dimataku,  karena rindu.

Bagaimana mungkin hadir lagi pelangi dihati yang basah ini? Sedangkan kamu, sang mentari, pergi dibayangi awan kelabu penutup mimpi. Kembalilah.... Buat mataku berwarna lagi.

Saturday, April 14, 2012

Menutup buku tentang kita



Keputusanmu masih belum dapat aku terima
Kenyataan ini masih belum dapat membuat ku ikhlas
Situasi ini membingungkan kemana aku harus melangkah
Semua jalan gelap, seolah tak ada cahaya yang sudi meneranginya
Aku selalu mencoba tuk mentolerir setiap kesalahan yang kau perbuat
Mencoba mengalah, walau hati sebenarnya ingin merasakan menang
Mempertahankanmu yang egois,
Hanya membuat hatiku terpaksa rela menjadi korban atas sikapmu
Memang kita sudah tidak sejalan lagi
Memang kita selalu mengalami pertengkaran
Mungkin cinta sudah mulai lenyap di antara kita
Semuanya memang sudah tidak seperti dulu lagi
Kau meninggalkan dua jenis kenangan untukku
Kenangan manis dan juga kenangan pahit
Kau juga meninggalkan tawa dan luka
Tapi, kini bayanganmu terus mengulang luka tanpa dapat mengulang tawa
Semakin aku berusaha mengenyahkan bayangmu,
Semakin kuat wujudmu menjelma di pikiranku.
Semakin berkelebat bayanganmu di otakku,
Semakin perih tertebar di hatiku.
Teringat aku, pada apa yang kau lakukan untukku
Kau membuatku tersenyum, di saat hati telah lelah menjerit akan pahitnya hidup
Kau membuatku tertawa, di saat mata sudah kering karena kehabisan airnya
Dan kau merangkulku, di saat aku butuh energi untuk tetap kuat
Mungkin waktu, membuat kita merasa jenuh
Mungkin waktu, membuat kita merasa bosan
Mungkin waktu, membuat kita tak dapat lagi seperti dahulu
Dan mungkin waktu, sudah tak dapat lagi mengizinkan kita bersama
Hari semakin senja, dan hatiku masih tetap sendu karena pilu
Cintaku sama seperti jingga yang disamarkan oleh senja
Hanya dapat disamarkan tapi, tak dapat dihilangkan
Karena esok, ia pasti akan hadir kembali
Perasaan itu masih ada untukmu
Tapi, sering kali aku bimbang entah untuk apa perasaan itu
Entah ada untuk dibalas
Atau hanya sekedar perasaan yang memang wajar aku rasakan sampai tanpa sadar ia hilang
Kini, tembok telah tercipta antara kita
Membuat aku dan kau semakin jauh
Membuat aku dan kau tak bisa lagi menjadi 'kita'
Membuat kau kadang seperti orang asing bagiku
Dadaku berdebar dan bergemuruh
Seperti ada suatu perasaan yang tiba-tiba merasuki
Rindu, R-I-N-D-U
Ya, mungkin aku rindu padamu
Kau harus tau,
Sampai saat ini tak ada yang bisa mengganti posisimu di kesunyianan hati ini
Sampai saat ini, belum ada yang bisa mengenalkan kembali padaku rasa 'cemburu' itu
Emosiku meluap dan nyaris tak dapat dibendung ketika rindu dan kenangan merajai
Akalku memang kadang tak dapat merasionalisasikan semua yang terjadi
Tapi, akhirnya keadaan dan waktu membuatku paham
Bahwa buku tentang kita memang tampaknya harus ditutup
Bahwa hatiku harus dihadirkan cinta yang lain untuk memulai cerita baru